" MISI PENGORBANAN DIRI "
Baca: Matius 26:36-46
Lalu kata-Nya kepada mereka, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Matius 26:38)
Pada 11 September 2001, United Airline No. 93 (UA) dikuasai pembajak, hendak ditabrakkan ke gedung kembar World Trade Center, New York. Heather Penney, seorang pilot perempuan, ditugasi untuk menabrakkan pesawatnya ke pesawat UA tersebut. Bukan hanya menjalankan misi bunuh diri, bisa jadi ia juga akan menewaskan ayahnya, yang mungkin menjadi pilot pesawat yang dibajak itu. Ia siap untuk mengurbankan diri dan hubungan dengan ayah tercinta demi mengemban tugas negara dalam upaya menyelamatkan banyak nyawa. Namun, akhirnya ia tak jadi tewas. Para penumpang UA sendiri melawan para pembajak dan membelokkan pesawat sehingga jatuh di Pennsylvania.
Yesus Kristus, Putra Allah, mengalami ketegangan yang lebih mencekam dan menggentarkan. Dia bergumul untuk mengurbankan diri-Nya dan melepaskan hubungan kasih dengan Bapa-Nya di surga untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran karena kutuk dosa. Dan, Dia menjalani misi ini sampai tuntas.
Nas hari ini mengungkapkan pergumulan Yesus di Getsemani dengan bahasa manusia, dengan ungkapan yang terbatas: “Hati-Ku sangat sedih seperti mau mati rasanya”. Di bagian lain, “Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk. 22:44). Yesus rela berkurban demi ketaatan-Nya kepada Bapa surgawi, memanggul salib menuju Golgota, ditolak dan ditinggalkan Bapa-Nya, demi memikul kutuk dosa manusia. Kematian-Nya membayar lunas semua dosa saya dan dosa Anda. Apakah hidup kita melimpah dengan ucapan syukur atas penebusan-Nya ini?—SST
Lalu kata-Nya kepada mereka, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Matius 26:38)
Pada 11 September 2001, United Airline No. 93 (UA) dikuasai pembajak, hendak ditabrakkan ke gedung kembar World Trade Center, New York. Heather Penney, seorang pilot perempuan, ditugasi untuk menabrakkan pesawatnya ke pesawat UA tersebut. Bukan hanya menjalankan misi bunuh diri, bisa jadi ia juga akan menewaskan ayahnya, yang mungkin menjadi pilot pesawat yang dibajak itu. Ia siap untuk mengurbankan diri dan hubungan dengan ayah tercinta demi mengemban tugas negara dalam upaya menyelamatkan banyak nyawa. Namun, akhirnya ia tak jadi tewas. Para penumpang UA sendiri melawan para pembajak dan membelokkan pesawat sehingga jatuh di Pennsylvania.
Yesus Kristus, Putra Allah, mengalami ketegangan yang lebih mencekam dan menggentarkan. Dia bergumul untuk mengurbankan diri-Nya dan melepaskan hubungan kasih dengan Bapa-Nya di surga untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran karena kutuk dosa. Dan, Dia menjalani misi ini sampai tuntas.
Nas hari ini mengungkapkan pergumulan Yesus di Getsemani dengan bahasa manusia, dengan ungkapan yang terbatas: “Hati-Ku sangat sedih seperti mau mati rasanya”. Di bagian lain, “Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk. 22:44). Yesus rela berkurban demi ketaatan-Nya kepada Bapa surgawi, memanggul salib menuju Golgota, ditolak dan ditinggalkan Bapa-Nya, demi memikul kutuk dosa manusia. Kematian-Nya membayar lunas semua dosa saya dan dosa Anda. Apakah hidup kita melimpah dengan ucapan syukur atas penebusan-Nya ini?—SST
JIKA KRISTUS YANG ADALAH ALLAH SAJA BERSEDIA MATI BAGIKU,
TIDAK MUNGKIN AKU BERKURBAN TERLALU BESAR BAGI DIA.—C.T. Studd
TIDAK MUNGKIN AKU BERKURBAN TERLALU BESAR BAGI DIA.—C.T. Studd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar