"PERGULATAN DI GETSEMANI"
Baca: Lukas 22:39-46
Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku; tetapi jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi. (Lukas 22:42)
Apa yang dilakukan remaja untuk mendapatkan gadget canggih yang diincarnya? Seorang pelajar 17 tahun di Batam nekat merampok temannya sendiri bermodalkan pistol korek api untuk memuaskan keinginannya itu.
Kita mungkin mengelus dada membaca berita itu. Namun, bukankah kita kerap bersikap seperti itu kepada Allah? Kita berdoa supaya Allah mengabulkan permohonan kita, melepaskan beban yang berat, dengan cara kita. Kita mengancam akan meninggalkan pelayanan atau tidak lagi ke gereja jika Tuhan tidak mau mengabulkan permohonan tersebut. Doa menjadi “todongan pistol” kepada Allah agar mengikuti kemauan kita.
Di Taman Getsemani, di tengah pergulatan berat menjelang sengsara di kayu salib (ay. 44), Yesus meneladankan hakikat doa yang sesungguhnya. Jika kita mencermatinya, di dalam doa-Nya terasa adanya ketegangan antara kehendak-Nya dan kehendak Bapa. Ada saat ketika Yesus ingin sekali melepaskan cawan yang pahit itu (ay. 42a). Namun, kalimat yang mengiringinya, “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (ay. 42b) mengajarkan bahwa kita perlu bersikap penuh kerelaan untuk tetap taat kepada kehendak Bapa.
Apakah Anda tengah bergulat antara mengikuti keinginan diri sendiri dan patuh pada kehendak Tuhan? Doa Yesus di Taman Getsemani memberikan teladan yang sempurna bagi kita. Dia ingin kita belajar berserah pada kehendak Bapa. Percayalah, menyerahkan diri secara total kepada Tuhan akan memberi kekuatan dan kesiapan dalam menghadapi semua tantangan.—DEW
Kita mungkin mengelus dada membaca berita itu. Namun, bukankah kita kerap bersikap seperti itu kepada Allah? Kita berdoa supaya Allah mengabulkan permohonan kita, melepaskan beban yang berat, dengan cara kita. Kita mengancam akan meninggalkan pelayanan atau tidak lagi ke gereja jika Tuhan tidak mau mengabulkan permohonan tersebut. Doa menjadi “todongan pistol” kepada Allah agar mengikuti kemauan kita.
Di Taman Getsemani, di tengah pergulatan berat menjelang sengsara di kayu salib (ay. 44), Yesus meneladankan hakikat doa yang sesungguhnya. Jika kita mencermatinya, di dalam doa-Nya terasa adanya ketegangan antara kehendak-Nya dan kehendak Bapa. Ada saat ketika Yesus ingin sekali melepaskan cawan yang pahit itu (ay. 42a). Namun, kalimat yang mengiringinya, “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (ay. 42b) mengajarkan bahwa kita perlu bersikap penuh kerelaan untuk tetap taat kepada kehendak Bapa.
Apakah Anda tengah bergulat antara mengikuti keinginan diri sendiri dan patuh pada kehendak Tuhan? Doa Yesus di Taman Getsemani memberikan teladan yang sempurna bagi kita. Dia ingin kita belajar berserah pada kehendak Bapa. Percayalah, menyerahkan diri secara total kepada Tuhan akan memberi kekuatan dan kesiapan dalam menghadapi semua tantangan.—DEW
INTI DARI DOA ADALAH MENGEKSPRESIKAN HATI,
TETAPI TETAP TUNDUK PADA KEHENDAK BAPA
TETAPI TETAP TUNDUK PADA KEHENDAK BAPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar