Minggu, 27 April 2014

MELAMPAUI AKAL



Baca: Roma 1:1-7

... menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati bahwa Dialah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. (Roma 1:4)

Ketuhanan Yesus Kristus masih digugat dari abad pertama sampai sekarang. Kedudukannya sebagai Kristus atau Mesias terus diperkarakan. Begitu juga, kebangkitan-Nya dipergunjingkan sebagai perkara yang tidak masuk akal.
Paulus menanggapi isu ini secara jitu. Kebangkitan Yesus penting karena menyatakan pembelaan Allah, menegaskan bahwa Yesus adalah Anak-Nya, Yesus adalah Kristus (Mesias) dan Tuhan (Kurios). Kebangkitan memang tidak masuk akal, namun bukan bertentangan dengan akal sehat, melainkan melampaui akal--akal kita tidak cukup untuk memahaminya. Kebangkitan adalah peristiwa yang melampaui daya tampung pikiran kita. Akal tidak mampu mencernanya karena akal itu sendiri penuh keterbatasan. Lawatan Allah pada manusia melalui kebangkitan Yesus hanya dapat diterima jika kita bersedia mengakui keterbatasan akal tersebut dan menyambut Misteri Iman.
Sikap paling tepat terhadap kasih karunia, dengan demikian, bukanlah mengerahkan daya rasio untuk memahaminya. Sebaliknya, dengan rendah hati kita membuka hati untuk menerima, menjaga, dan mempersilakan kasih karunia itu mengubah cara pandang. Perubahan perspektif ini nantinya memotivasi kita untuk bergerak dalam hidup yang baru. Itulah makna kebangkitan Yesus. Manusia yang menerima Misteri Iman dalam kebangkitan Yesus hidupnya menjadi berarti, utuh, penuh oleh sukacita tiada terkira serta cinta pada Allah dan sesama. Sudahkah kita menyambut kasih karunia-Nya ini?—DKL

UNTUK MENGENAL ALLAH DENGAN AKAL YANG TERBATAS,
PERLU RUANG UNTUK MENYAMBUT MISTERI IMAN YANG MELAMPAUI AKAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar