Minggu, 29 Juni 2014

TUJUAN BARU



Baca: Filipi 3:1-16

Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan ... panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Filipi 3:13-14)

Setelah berulang tahun ke-95, Margot Woelk bercerita kepada wartawan tentang pengalaman getir masa mudanya sebagai pencicip makanan Adolf Hitler. Ya, saking takutnya sang diktator diracuni musuh, ia mempekerjakan lima belas remaja perempuan untuk mencicipi makanan yang akan disantapnya. Kemiskinan dan kesulitan pada masa perang memaksa Margot mengambil pekerjaan itu. Saat melakukannya ia selalu ketakutan, “Apakah ini akan menjadi makanan terakhirku?” Selama puluhan tahun, ia terus mengalami teror kengerian. Hingga lanjut usia pun ia tak berhasil membuang ketakutan itu. “Pikiran itu terus menghantuiku setiap malam,” tuturnya pelan. 

Mengapa banyak orang gagal melupakan masa lalu yang kelam? Mereka tak punya tujuan baru yang hendak diraih. Lihatlah Saulus. Masa lalunya gelap, beringas, penuh kekerasan. Ia menangkap, menganiaya, memenjarakan banyak orang Kristen mula-mula. Dulu ia yakin pengikut Yesus itu musuh Allah, jadi mereka harus “dibasmi”. Namun, hidupnya berubah ketika Yesus menjamahnya. Saulus memperoleh pengampunan, hidup baru, tujuan baru. Ia mendapatkan panggilan untuk melayani dan memberitakan Injil keselamatan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kasih dan pengurbanan diri.

Bila masa lalu Anda gelap, penuh derita dan kekerasan, tak cukup Anda hanya berusaha melupakannya. Anda perlu jamahan Yesus yang memberi hidup baru dan memampukan Anda menangkap tujuan baru, yakni memberkati banyak orang di sekitar Anda.—SST



KEGETIRAN MASA LALU SIRNA SAAT ANDA DATANG PADA KRISTUS
DAN MEMPEROLEH HIDUP SERTA TUJUAN YANG BARU

Rabu, 25 Juni 2014

PENGUJI KESETIAAN



Baca: Rut 1:7-18

Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.” (Rut 1:16)


Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 1-9


Pernahkah Anda mendengar ungkapan seperti ini: "Ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang"? Kalimat ini memang ditujukan kepada orang-orang yang tidak setia hidupnya. Ya, menjadi setia memang bukan pekerjaan mudah. Setia tidak semudah sewaktu kita mengucapkan janji, tetapi harus dibuktikan. Apakah Anda dan saya orang yang setia? Perlu diuji! Dan dari kisah Rut yang setia, kita dapat belajar bagaimana menjadi orang yang setia. Kesetiaan Rut diuji oleh 3 hal.
Pertama, waktu. Kebanyakan orang bisa bertahan kesetiaannya jika waktunya baik. Jika segala hal terpenuhi, jika kita memperoleh semua hal yang diingini. Tetapi apa yang terjadi ketika waktu-waktu yang baik itu lenyap? Apakah kita tetap setia? Rut menunjukkan bahwa ia tetap setia sekalipun dalam waktu penderitaan. Kedua, jarak. Seseorang bisa setia saat dekat, bagaimana jika jaraknya jauh? Ketiga, keadaan. Kalau keadaannya berjalan baik, mudah untuk setia, tetapi bagaimana jika kita mengalami keadaan yang buruk?
Apa yang membuat Rut tetap setia sekalipun tidak ada kebaikan yang bisa ia harapkan dari Naomi? Dasar kesetiaannya adalah kasih! Kasih membuatnya percaya bahwa keputusannya mengikuti Rut dan juga Tuhan tidak pernah salah. Bagaimana dengan hidup kita? Ketika tidak ada hal baik yang kita peroleh dalam hidup, ketika kita hidup dalam penderitaan, dan ketika kita merasa seolah Tuhan begitu jauh dari hidup kita, apakah kita tetap menunjukkan kesetiaan kepada-Nya? Ya, kesetiaan kita akan teruji ketika Tuhan mengizinkan hal-hal yang kurang menyenangkan terjadi dalam hidup kita. Tetapkah kita mengasihi Dia?–-SYS


WAKTU, JARAK, DAN KEADAAN
AKAN MENGUJI KESETIAAN KITA KEPADA TUHAN

Kamis, 19 Juni 2014

SUSAH DIAJAR



Baca: Matius 19:1-12

Karena kekerasan hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. (Matius 19:8)


Bacaan Alkitab Setahun:
Ayub 17-20


Berita perceraian sering kita dengar. Lebih-lebih perceraian seorang publik figur, berita itu pasti cepat tersebar. Sepertinya masyarakat sudah menganggap perceraian sebagai hal biasa karena kejadiannya berulang-ulang. Akan tetapi, bagaimana kita menanggapinya jika yang bercerai orang Kristen?

Orang Farisi datang kepada Yesus untuk meminta penjelasan-Nya tentang kasus perceraian. Persoalannya, menurut mereka, hukum Yahudi melarang perceraian, tetapi Musa malah membuat peraturan tentang perceraian sehingga menimbulkan kesan bahwa Musa memperbolehkannya (ay. 7). Mereka menilai Musa tidak konsisten menegakkan peraturan agama. Tetapi Yesus tahu, di balik pertanyaan itu, mereka hanya ingin mencari pembenaran atas perceraian (ay. 3a). Yesus menegaskan bahwa hukum Taurat tidak mengizinkan perceraian. Namun, sekalipun tidak diperbolehkan, mereka tetap melanggarnya juga. Musa membuat peraturan tentang perceraian karena kenyataannya hal itu terjadi di kalangan masyarakat Yahudi. Maka, perlu dibuat aturan supaya dosa mereka tidak semakin besar. Begitulah. Sejak semula bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang susah diajar. Mereka mengeraskan hati terhadap didikan Tuhan melalui para nabi. 

Bagaimana kita memandang setiap didikan Tuhan dalam hidup ini? Jika sudah menjadi anak Tuhan, selayaknya kita me miliki hati yang mau diajar. Hati yang lembut membuat setiap orang menyelesaikan persoalan dalam ketundukan pada ketentuan Tuhan.—YBP

JIKA KITA MELAKUKAN PELANGGARAN LEBIH BAIK MINTA PENGAMPUNAN
BUKANNYA MENCARI PEMBENARAN