“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku
yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;
sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu
juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”
(Yoh 13:14-15)
Kebanyakan manusia cenderung lebih suka untuk
dilayani daripada melayani. Seperti murid-murid Yesus yang lebih suka menjadi
yang terbesar daripada menjadi yang terkecil di antara yang lain. Bahkan bagi
orang-orang yang secara khusus melayani di gereja pun sering terjadi hal-hal
seperti ini. Walaupun dinamakan pelayan, tetapi tetap lebih senang untuk bisa
dilayani oleh orang lain. Dasar dari itu semua adalah kesombongan manusia yang
dimulai sejak kejatuhannya dalam dosa. Kecenderungan ini pun sering ada di dalam
pelayanan pemuda di gereja. Banyak yang merasa perlu didahulukan kepentingannya
sendiri, keinginannya, perlu selalu diperhatikan, dan dilayani dalam berbagai
hal. Sikap seperti ini tentu tidak mencerminkan sikap pelayan yang sejati. Teladan paling tepat untuk
setiap pelayan tentu saja terdapat pada diri Yesus. Dalam Yohanes
13:14-15, disebutkan bahwa Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada
murid-murid-Nya untuk bisa diperbuat juga kepada orang lain.
Yang dimaksud dengan ‘membasuh kaki’ dalam hal
ini ialah melayani orang lain. Sikap
yang harus dimiliki oleh seorang pelayan, yaitu melayani dengan penuh
kerendahan hati. Kita lihat bagaimana Yesus yang adalah Tuhan rela merendahkan
diri-Nya demi melayani murid-murid-Nya, bahkan sampai membasuh kaki mereka.
Saat itu Yesus punya seribu alasan kuat untuk bisa dilayani layaknya seorang
Raja, bahkan disembah sebagai Tuhan. Namun Dia menanggalkan itu semua untuk
menggambarkan suatu kasih yang
sejati dari seorang pelayan. Apakah terbayang dalam benak kita
bagaimana seorang raja melayani rakyatnya bahkan rela membasuh kaki mereka.
Pasti sangat sulit kita temukan hal itu di dunia ini. Teladan yang Yesus
berikan bagi setiap pelayan pun bukan hanya seperti hal di atas, namun setiap
aktifitas dalam hidup Yesus adalah teladan bagi kita semua. Sampai Dia mati di
kayu salib untuk menyempurnakan kasih-Nya. Lalu bagaimanakah pemuda
meneladani-Nya dan menjadi teladan bagi yang lain??? Sebagai anak-anak Tuhan,
pemuda haruslah mampu menjadi teladan yang baik bagi orang-orang di sekitarnya.
Namun sebelum kita menjadi teladan bagi orang, terlebih dahulu kita harus bisa
meneladani suatu pribadi yang benar. Sikap aktif untuk bisa meneladani orang
lain akan secara tidak langsung membuat kita kembali menjadi teladan bagi orang
lain. Secara pribadi, kita tentu memiliki banyak teladan dalam hidup,
baik di keluarga, masyarakat, atau pun dalam pelayanan di gereja. Namun teladan
sempurna yang ada bagi kita ialah Yesus sendiri. Orang lain mungkin bisa jadi
teladan bagi kita, namun mereka pun adalah manusia yang mungkin saja melakukan
sesuatu yang tidak perlu kita ikuti, karena setiap manusia tidaklah sempurna.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa dalam kekurangan dan kelemahannya pun
setiap orang bisa menjadi teladan bagi kita; orang tua, kakak, teman, rekan
pelayanan, tokoh masyarakat, atau bahkan tokoh-tokoh Alkitab lainnya. Namun
hendaknya, semua teladan yang kita terima bisa kita seleksi berdasarkan
kebenaran firman Tuhan. Yesus adalah Firman yang Hidup. Sehingga setiap teladan
Yesus adalah cerminan kebenaran firman Allah itu sendiri.
Yesus mengatakan “…maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu…”. Dari
pernyataan itu terlihat bahwa Yesus sendiri menginginkan kita untuk meneladan
diri-Nya, dan kita wajib melakukannya. Maka kita pun wajib saling melayani
dengan kasih. Ada banyak sekali teladan yang Yesus berikan dalam kehidupan-Nya.
Yang pasti, semua itu Dia lakukan dengan penuh kasih kepada sesama; dalam hal
menyembuhkan orang sakit, mengajar firman Allah, membangkitkan orang mati, dan
banyak hal lainnya.